Sabtu, 11 Desember 2010
Sister School Sebagai Unjuk Kinerja Pendidikan Bertaraf Internasional
Refleksi Pengembangan Kerjasama
Dari sejumlah model kerjasama yang dikembangkan belum tampak perkembangan kesiapan sekolah dalam menunjukan kehandalan dan keyakinan diri untuk menjadi rujukan mutu belajar mengajar bagi negara-negara lain.
Hal tersebut terkait dengan kondisi psikologis para pendidik yang memandang bahwa kualitas pendidikan bangsa kita belum dapat setaraf dengan kinerja guru-guru dari negara lain. Kondisi ini tidak berkorelasi dengan rasa percaya diri siswa Indonesia yang menunjukan penampilan kompetitif dengan siswa dari negara lain pada ajang kompetisi internasional. Seharusnya para pendidik lebih memahami tentang apa kekurangan yang dimiliknya namun mengetahui pula keunggulan spesifik yang menjadi ciri khas yang dikuasainnya, sehingga memiliki keunggulan kompetitif terhadap pendidik dari negara lain.
Beberapa model unik yang dapat dijadikan contoh keunggulan ditunjukan dengan keunikan sekolah di dalam sistem pengembangan disiplin siswa, seperti di SMA Taruna Nusantara sehingga menjadi rujukan mutu bagi bangsa lain. SMA 4 Denpasar Bali mampu mengembangkan model belajar berbasis lingkungan sehingga kultur sawah dan ladang menjadi lingkungan belajar yang unik dan menarik perhatian bangsa-bangsa lain. Fenomena yang menarik dialami guru SMA 1 Subang (Ibu Rika) yang telah memenangkan predikat guru terbaik yang menerapkan model pembelajaran berbasis jaringan pada pertemuan guru sedunia di Korea tahun ini.
Dari seluruh agenda kerjasama itu, unsur wisata menjadi salah satu agenda penting dalam setiap kegiatan, sehingga semestinya setiap daerah dapat mengintegrasikan kerjsama sister school sebagai potensi untuk meningkatkan kepariwisataan. Contoh yang sangat terkenal dari upaya meningkatkan kerjasama siswa agar meramaikan kunjungan wisata dilakukan oleh SMA 4 Denpasar dengan Australia, Korea dan Jepang. Begitu juga kerjasama yang dikembangkan oleh sekolah di Washington DC dengan Tokyo. Selain berdampak pada meningkatnya pertukaran siswa, juga berdampak pada kunjungan orang tua siswa, sehingga meningkatkan potensi pariwisata.
Kendala
Sebagian besar sekolah masih mengalami kesulitan untuk membangun jaringan kerjasama, sehingga belum dapat melaksanakan kegiatan sister school. Sekolah-sekolah pada kelompok ini terkendala oleh minimnya pengalaman membangun kerjasama dengan sekolah-sekolah mitra dinegerinya sendiri, keterbatasan penguasaan Bahasa Inggris, keterbatasan kerjasama melalui jaringan teknologi informasi dan komunikasi serta kelemahan pada pengembangan sistem.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar